Membayar premi secara rutin memang memberi rasa aman. Namun pada praktiknya, banyak nasabah yang kecewa ketika klaim ditolak. Penolakan klaim tidak selalu berarti perusahaan tidak mau membayar, akan tetapi seringkali penyebabnya berasal dari kesalahan prosedur atau ketidaksesuaian dengan ketentuan polis. Agar hal ini tidak terjadi pada Anda, penting untuk memahami faktor-faktor yang paling sering membuat klaim ditolak.
Seringkali nasabah menandatangani polis tanpa membaca rincian manfaat, pengecualian, masa tunggu, dan batasan lain. Akibatnya, klaim diajukan untuk risiko yang sebenarnya tidak ditanggung.
Ketidaksesuaian data pada saat pengajuan polis, misalnya terkait kondisi kesehatan atau riwayat penyakit, bisa membuat klaim ditolak karena dianggap terjadi ketidaksesuaian informasi (misrepresentation).
Risikonya : perusahaan menilai ada ketidakjujuran atau pengungkapan data yang tidak lengkap.
Perusahaan asuransi memiliki daftar dokumen wajib untuk setiap jenis klaim. Jika ada yang kurang, dokumen tidak jelas, atau bukti tidak lengkap, klaim biasanya tidak bisa diproses.
Contoh dokumen penting :
Jika premi tertunggak sehingga polis laps (non-aktif), perlindungan tidak berlaku dan klaim dapat ditolak.
Setiap polis memiliki kriteria khusus tentang apa yang disebut sebagai risiko yang dapat diklaim, mulai dari lokasi, durasi, hingga kondisi kejadian.
Contoh :
Perusahaan asuransi sering melakukan verifikasi mendalam untuk mendeteksi klaim fiktif, dokumen dimanipulasi, atau tagihan yang dibengkakkan. Jika ditemukan indikasi penipuan, klaim bisa ditolak dan dilaporkan.
Hampir setiap polis memiliki batas waktu pengajuan klaim (mis. 30 hari sejak kejadian). Pengajuan melebihi batas tersebut berisiko ditolak.
Seorang yang ahli di bidang asuransi, sedikit pengetahuan tentang ekonomi, seorang yang suka menulis artikel online dan berbagi ilmu pengetahuan lainnya bagi pembaca.